TIMES SIMEULUE, JAKARTA – Riuh tepuk tangan memenuhi ruang sidang Markas Besar Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), New York, ketika Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto menutup pidatonya. Momen itu menjadi catatan penting dalam diplomasi Indonesia: untuk pertama kalinya, seorang Presiden RI secara terbuka menyatakan kesiapan mengakui Israel—dengan syarat Israel lebih dulu mengakui kemerdekaan Palestina.
Pidato ini disampaikan dalam Konferensi Internasional Tingkat Tinggi untuk Penyelesaian Damai atas Masalah Palestina dan Implementasi Solusi Dua Negara, yang merupakan rangkaian Sidang Majelis Umum PBB ke-80, Selasa (23/9) dini hari waktu Indonesia. Forum yang diinisiasi Prancis dan Arab Saudi itu dihadiri puluhan kepala negara, termasuk Presiden Prancis Emmanuel Macron, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, hingga Raja Yordania Abdullah II.
Dari Gaza ke New York: Keprihatinan dan Seruan Perdamaian
Dalam sambutannya, Presiden Prabowo menyuarakan keprihatinan mendalam atas tragedi kemanusiaan yang terus terjadi di Gaza. Ribuan warga sipil terbunuh, sebagian besar perempuan dan anak-anak, sementara ancaman kelaparan membayangi.
“Kami mengutuk semua bentuk kekerasan terhadap warga sipil tak berdosa. Kelaparan mengancam, bencana kemanusiaan sedang terjadi di depan mata kita,” ujar Prabowo, dengan suara yang menegang sekaligus menekankan urgensi bertindak.
Pesan itu bukan hanya ditujukan pada pihak yang berkonflik, tetapi juga kepada masyarakat internasional. Menurutnya, kredibilitas PBB dipertaruhkan jika dunia gagal menjamin hak-hak rakyat Palestina dan keamanan bagi Israel.
Komitmen Indonesia: Dari Solusi Dua Negara hingga Pasukan Perdamaian
Prabowo menegaskan bahwa solusi dua negara adalah satu-satunya jalan menuju perdamaian abadi. Indonesia, lanjutnya, tidak hanya sekadar mendukung secara politik, tetapi siap berkontribusi langsung.
“Kami siap ambil bagian dalam upaya menuju perdamaian. Kami juga bersedia menyiapkan pasukan perdamaian untuk misi di Gaza,” tegas Prabowo.
Komitmen itu sejalan dengan Deklarasi New York yang baru-baru ini disahkan oleh Majelis Umum PBB. Deklarasi tersebut didukung 142 negara anggota, memuat desakan pengakuan penuh terhadap Palestina, gencatan senjata, pelucutan senjata, serta pembentukan misi internasional untuk memulihkan stabilitas di Gaza.
Syarat Historis: Akui Palestina, Baru Indonesia Akui Israel
Pernyataan paling mengejutkan datang ketika Prabowo membuka opsi diplomatik baru yang jarang disampaikan pemimpin Indonesia sebelumnya.
“Kita harus menjamin kenegaraan Palestina. Tetapi Indonesia juga menyatakan bahwa setelah Israel mengakui kemerdekaan dan kenegaraan Palestina, Indonesia akan segera mengakui Negara Israel dan mendukung segala jaminan keamanan bagi Israel,” ucapnya, disambut tepuk tangan panjang dari para delegasi.
Langkah ini menandai perubahan signifikan dalam politik luar negeri Indonesia. Jika selama ini sikap RI lebih fokus pada dukungan penuh bagi Palestina, kini muncul sinyal keterbukaan diplomatik yang lebih realistis dan konstruktif.
Dukungan Internasional dan Politik Simbolis
Dalam pidatonya, Prabowo juga memberi penghargaan kepada sejumlah negara seperti Prancis, Kanada, Australia, Inggris, dan Portugal, yang telah lebih dulu mengakui Palestina sebagai negara merdeka.
“Negara-negara ini telah berada di sisi yang benar dari sejarah,” kata Prabowo.
Gestur tersebut bukan sekadar basa-basi diplomatik. Ia menegaskan bahwa pengakuan kenegaraan harus dimaknai sebagai kesempatan nyata untuk menciptakan perdamaian, bukan sekadar deklarasi politik.
Indonesia di Panggung Global South
Pidato Prabowo di PBB menegaskan ambisi Indonesia untuk tampil kembali sebagai kekuatan moral dunia. Di tengah polarisasi global dan krisis multilateralisme, Indonesia menawarkan dirinya sebagai juru damai yang tidak berpihak, namun berpijak pada prinsip keadilan.
“Siapa pun yang luput untuk bertindak, ingat, sejarah tidak tinggal diam! Kita harus mengakui Palestina sekarang! Kita harus setop bencana kemanusiaan di Gaza!” seru Prabowo.
Dengan menyuarakan hal ini, Indonesia mempertegas posisinya di antara negara-negara Global South—sebuah koalisi moral yang menuntut reformasi tatanan internasional agar lebih inklusif dan adil.
Penutup: Diplomasi yang Membuka Jalan Baru
Pidato Prabowo di New York menandai babak baru diplomasi Indonesia. Dari lantai PBB, ia bukan hanya menyuarakan dukungan bagi Palestina, tetapi juga memperkenalkan strategi jalan tengah: mendukung solusi dua negara, mengakui Israel setelah Palestina merdeka, dan siap mengirim pasukan perdamaian.
Langkah ini membawa pesan ganda: kepada rakyat Palestina bahwa Indonesia berdiri di sisi mereka, dan kepada Israel bahwa keamanan mereka juga dihargai jika bersedia mengakui Palestina.
Lebih dari sekadar pidato, momen ini menegaskan bahwa Indonesia ingin menjadi bagian dari solusi, bukan sekadar saksi. Dari New York, suara Prabowo bergema: perdamaian harus segera diwujudkan.(*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Pidato Presiden Prabowo di PBB, Indonesia Dorong Solusi Dua Negara Palestina-Israel
Pewarta | : Imadudin Muhammad |
Editor | : Imadudin Muhammad |