TIMES SIMEULUE, JAKARTA – Pakar klimatologi dan perubahan iklim Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Prof Dr Erma Yulihastin, memperingatkan bahwa kenaikan temperatur permukaan bumi yang mendekati 1,5 derajat Celcius berkorelasi langsung dengan peningkatan cuaca ekstrem dan bencana hidrometeorologi, seperti yang terjadi di Sumatera.
Dalam sebuah diskusi daring pada Selasa (30/12/2025), Prof Erma menjelaskan bahwa suhu bumi diperkirakan akan mencapai ambang batas 1,5°C pada tahun 2029, lebih cepat dari perkiraan sebelumnya.
"Konsekuensi langsung dari kondisi yang 1,5 (derajat Celcius) memang yang pertama kali, yang sangat langsung begitu adalah extreme weather event, kejadian cuaca ekstrem," ujarnya.
Salah satu manifestasi utama dari perubahan iklim ini adalah perubahan pola badai.
Ia menyebutkan bahwa kondisi di Sumatera merupakan contoh cuaca ekstrem skala sinoptik berupa badai tropis, yang cakupannya bisa mencapai ribuan kilometer dan berlangsung dari hari hingga pekan.
Sebelumnya, Siklon Tropis Senyar telah berkontribusi pada curah hujan ekstrem yang memicu banjir dan longsor di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat pada akhir November 2025.
Menurut data BNPB per 30 Desember, bencana tersebut menyebabkan 1.141 orang meninggal dan 163 orang masih hilang. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Peneliti BRIN Ungkap Kaitan Badai Tropis dengan Banjir dan Longsor yang Tewaskan Ribuan Jiwa di Sumatera dan Aceh
| Pewarta | : Antara |
| Editor | : Faizal R Arief |